Senin, 15 September 2008

Manajemen Media

“Sepintas Mixolidian Organizer”

Oleh : Andi Dwi Purwanto 153060043

Manajemen merupakan hal yang esensial dalam suatu organisasi. Sehingga pengelolaan merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan lagi. Pengelolaan manajemen yang buruk dalam suatu organisasi sudah dapat dipastikan akan juga memperburuk kondisi dari organisasi yang ada. Seperti kurangnya kerjasama, kinerja tidak maksimal dan dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan organisasi tersebut berakhir atau dengan kata lain bubar. Hal ini sama seperti apa yang telah dialami Event Organizer (EO) kami, EO yang bergerak dalam bidang musik yang bernama MIXOLIDIAN ORGANIZER. EO ini terbentuk sekitar pertengahan tahun 2005. Pada awalnya tidak ada sesuatu yang aneh. Dimana EO ini terbentuk dan berjalan seperti EO pada umumnya dan mempunyai sejumlah prestasi. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah prestasi yang telah diraih dalam menyelenggarakan 2 Event festival musik Rock Competition di kota Klaten tahun 2006-2007 dan akibat dari itu terkadang berbagai media cetak lokal tertarik untuk mewawancarai dan menulis seputar kegiatan-kegiatan yang telah sukses kami selenggarakan.
Karena berjalan dalam waktu yang cukup lama, maka sepeti EO pada umumnya regenerasi sempat kami lakukan. Namun tidak kami sangka ternyata dengan regenerasi tersebut malah tidak membuat EO kami semakin maju namun malah sebaliknya memperburuk kualitas EO. Tepatnya ketika kami ingin menyelenggarakan Event yang ke-3 sekitar awal tahun 2008. Buruknya manajemen lagi-lagi menjadi salah satu penyebab utama. Padahal usaha kami boleh dikatakan sudah mencapai 50%. Hal ini dapat dilihat dari soal perijinan tempat maupun deal-nya pihak sponshor. Namun, kurangnya tanggung jawab dan kontrol khususnya dalam pengelolaan sejumlah pemasukan uang telah membuat EO ini mengalami sedikit masalah dan ternyata dari sinilah muncul masalah yang pada akhirnya mengakibatkan EO ini terancam bubar.
Sejumlah uang telah digunakan bendahara untuk kepentingan pribadi, padahal untuk menjalankan kegiatan tersebut dibutuhkan dana yang tidaklah sedikit baik dari perencanaan hingga realisasi. Terlebih pihak sponshor sudak memberikan kepercayaan kepada kami. Namun, upaya kami tidak terhenti begitu saja, usaha terus kami lakukan untuk dapat menyiasati keadaan seperti ini. Karena waktu semakin dekat dengan hari-H pelaksanaan dan masalah yang terjadi belum tersolusi, maka kami memutuskan untuk konfirmasi lagi ke ihak sponsor untuk mengundur hari-H pelaksanaan. Namun ternyata pihak sponsor tidak mau menerima alasan apapun, singkat kata EO kami mengalami miss kepercayaan dan telah menganggap EO kami tidak tanggung jawab dan konsekwen. Karena pada awalnya kami dan pihak sponshor sudah sepakat akan perjanjian-perjanjian yang ada, maka sesuai dengan perjanjian tersebut maka pihak sponshor membatalkan kerjasama kegiatan. Sehingga ini membuat kegiatan tersebut akhirnya batal. Dan akibat dari itu, lambat-laun anggota dari kami makin lama makin tidak jelas keberadaanya. Sehingga sampai saat ini aktivitas EO kami menjadi non aktif.


Polemik Internal PDIP

PDIP merupakan salah satu organisasi yang bergerak dalam partai politik. Dimana partai ini diketuai oleh Megawati Soekarno Putri yang dikenal masyarakat dengan simbol kepala Bantengnya. Partai ini menjunjung tinggi asas-asas demokrasi. Puncak karir PDIP dapat dilihat ketika terpilihnya Megawati menjadi Presiden RI periode 1999-2004.
Namun, karir dari partai ini tidak sepenuhnya berjalan mulus. Karena ditengah-tengah pemerintahannya masih saja terjadi konflik-konflik disintegrasi yang mengakibatkan buruknya citra negara kita dimata asing khususnya dalam bidang Politik dan Ekonomi.
Beberapa tafsiran mengenai partai adalah bahwasanya partai adalah merupakan sarana negara demokrasi. Namun, ironisnya terkadang tafsiran tersebut disalah artikan oleh beberapa partai khususnya untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang penuh dengan muatan dan tujuan politis.
Kita mungkin melihat dan mendengar info baru-baru ini mengenai apa yang terjadi di dalam PDIP. Mengalirnya 400 cek ke anggota DPR menjadi topik-topik hangat yang menghiasi media cetak maupun elektronik. Agus Condro merupakan orang yang disebut-sebut. Lalu pertanyaannya apa yang terjadi dengan Agus Condro. Pada awalnya dia adalah anggota dari fraksi PDIP namun entah karena apa dia dipecat, dan entah karena apa juga pasca pemecatan itu dia memberikan statement terkait dengan ada 400 cek yang mengalir di DPR 1999-2004.
Berbicara mengenai manajemen mungkin ini ada hubungannya. Dimana apabila pengelolaan manajemen yang bermasalah, maka juga akan mengakibatkan organisasi itu bermasalah pula. Ini dapat dilihat di partai ini. Kurangnya kerjasama dan rasa percaya mengakibatkan orang ini dirasa memberikan ancaman yang berujung pada pemecatan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa memang kondisi internal dari partai tersebut memang sedikit mengalami polemik. Logikanya dapat dilihat ketika pasca pemecatan anggota tersebut, anggota tersebut langsung membeberkan skandal-skandal yang intinya dapat mengancam anggota-anggota DPR komisi perbankan sebagai lembaga yang kredibel merasa kebakaran jenggot. Lagi-lagi ini tugas KPK untuk melaksanakan angket. Sehingga ancaman ini tidak hanya semata-mata mengancam partai dari PDIP sendiri, namun juga partai-partai lain yang ikut menikmatinya. Oleh karena itu kasus ini hendaknya menjadi momentum bagi para partai politik khususnya PDIP dalam upaya pembenahan internal partai.

Tidak ada komentar: